My Photo

My Photo
in Profile

=======================================================



UJIAN AKHIR SEMESTER

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIAN

Tahun Akademik 2009/2010

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Wahidin, M.Pd.




Mahasiswa :

Moh. Tauhid / NIM : 82320809765




SOAL DAN JAWABAN


1. Mengapa Manajemen Sistem Informasi Pendidikan (MSIP) menjadi sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia? Jelaskan

Jawab:

Karena dengan MSIP, memiliki keunggulan-keunggulan:


1.1 Keunggulan Strategis

Mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap bentuk operasional. Dengan cara keamanan data dan mobilitas pengaksesan laporan (efisien dan efektif).


1.2 Keunggulan Taktikal

Adalah menggunakan metode/cara yang lebih baik dibandingkan dengan cara yang digunakan oleh pesaing. Contohnya peningkatan pelayanan untuk memuaskan pelanggan.


1.3 Keunggulan Operasional

Adalah keunggulan yang berhubungan dengan transaksi dan proses sehari-hari, sehingga banyak memberikan kemudahan kepada pelanggan.


2. Deskripsikan wilayah garapan / pokok-pokok manajemen system informasi pendidikan “MSIP”!


Jawab:

Pola manajemen yang diterapkan di dalam institusi pendidikan pada masa sekarang sangat bervariatif. Oleh karena itu system yang diterapkan pun bervariasi sesuai kebutuhan masing-masing organisasi. Sebagai contoh SIM untuk perguruan tinggi yang pernah dikembangkan oleh Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, terdiri atas 9 modul:

2.1 Sistem Informasi Akademik

2.2 Sistem Informasi Ketenagaan

2.3 Sistem Informasi Sarana dan Prasarana

2.4 Sistem Informasi Penelitian

2.5 Sistem Informasi Pengabdian pada Masyarakat

2.6 Sistem Informasi Kemahasiswaan dan Alumni

2.7 Sistem Informasi Perpustakaan

2.8 Sistem Informasi Keuangan

2.9 Sistem Informasi Kerjasama


3. Bagaimana proses penggunaan “MSIP” dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan!


Jawab:

Teknologi informasi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional lembaga pendidikan. Oleh karena itu dengan teknologi informasi diharapkan dapat menaikkan mutu pendidikan. Hampir disetiap lembaga pendidikan telah nampak fenomena bahwa yang menjadi kriteria pilihan masyarakat saat ini adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi informasi yang sangat memadai dalam berbagai aktivitas operasional lembaga pendidikan.


Proses penggunaan MSIP adalah :

a) Data dan informasi harus diolah ke dalam suatu sistem informasi, agar data dan informasi tersebut memiliki makna dan dapat membantu membuat keputusan-keputusan. Suatu organisasi harus memiliki input data dan informasi yang baik, sehingga keputusan-keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan organisasi. Data dan informasi yang baik, disamping akurat, valid dan lenkap, tetapi juga harus tepat waktu pada saat diperlukan (real time).

b) MSIP digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, menganalisis, dan mempublikasikan informasi tersebut, dengan tujuan terciptanya akuntabilitas dan pencitraan publik pengelolaan pendidikan.

c) Dengan bantuan program-program pengolah data modern, lembaga pendidikan yang mampu mengoperasionalkan manajemen sistem informasi pendidikan dengan baik, seehingga akan meningkatkan mutu layanan pendidikan. Salah satu hasil yang sangat penting dan strategis dari MSIP adalah dihasilkannya pemetaan sekolah secara akurat dan menjadi pilihan masyarakat.


4. Klasifikasikan kemudian deskripsikan jenis data yang biasa digunakan untuk kepentingan “MSIP”!


Dalam MSIP, jenis data dapat dikelompokan Berdasarkan:

a) Sumber : Internal, eksternal.

b) Tahapan Kegiatan : Primer, Skunder

c) Sifat : Dasar, Olahan, Interpretasi

d) Bentuk : Fisik, non-fisik/elektronik

e) Kerahasiaan : Terbuka, tertutup


Jenis data yang biasa digunakan untuk kepentingan MSIP:

a) Data Akuntansi/Keuangan

b) Data Kepegawaian

c) Data Akademik/Kurikulum

d) Proses KBM melalui pendekatan Student Centered Learning melalui e-Learning

e) Data perpustakaan

5. Deskripsikan fungsi manajemen system informasi dalam konteks:

a. Manajemen Data

Manajemen data merupakan proses untuk mengelola data-data pada suatu organisasi/lembaga. Tujuan dari manajemen data adalah untuk memastikan sumber daya data organisasi/lembaga tetap akurat, mutahir, aman dan tersedia bagi pemakai.


Aktivitas manajemen data mencakup:

a) Pengumpulan data

b) Verifikasi

c) Penyimpanan

d) Pengamanan

e) Pengorganisasian

f) Pemanggilan


Di dalam dunia teknologi informasi, data biasanya disimpan dengan sistematika yang terdiri dari:


a.1 Elemen data (data field)

adalah bagian terkecil data yang tidak dapat dibagi lagi. Field dapat berupa nama pegawai, nomor pegawai, alamat pegawai, dll.


a.2 Rekaman (record)

adalah kumpulan elemen data yang merujuk pada satu objek data atau kegiatan tertentu, misalkan record tentang data tentang seorang pegawai.


a.3 Berkas (file)

adalah kumpulan rekaman-rekaman yang tersimpan.

Misalnya gabungan dari seluruh catatan rekaman karyawan yang disimpan dalam suatu file yang dinamakan File Karyawan.


a.4 Basis Data (database)

adalah satu system data yang merupakan kumpulan file-file yang saling berinterkoneksi. Di dalam basis data sebuah file harus mempunyai item kunci, yaitu item untuk mengidentifikasi suatu rekaman.


Perangkat lunak yang khusus untuk menangani pengolahan basis data yaitu DBMS (Database Management System), jenisnya a.l: Microsoft Access, DB2, Oracle, dll. Sambil melakukan fungsi-fungsinya, DBMS juga menyimpan log transaksi (back up) sehingga jika database gagal maka dapat dibuat dan diakses kembali dengan cepat. Back up database biasanya dibuat secara berlapis dengan menggunakan berbagai media penyimpanan data seperti flashdisk, CD/DVD RW, dll.


b. Pengambilan keputusan


Jawab:

Kemajuan teknologi, kususnya komputer membuat menejer mampu menciptakan database sendiri dan memanfaatkan informasi secara elektronik. Dengan memanfaatkan Decision support system (DSS), seorang menejer tersebut dapat merencanakan dan mengambil keputusan tanpa menunggu laporan yang dikeluarkan oleh departemen EDP/SIM.

Menurut Joel D. Aron, dari IBM, pada tahun 1969 mendefinisikan SIM sebagai “sistem informasi yang memberikan informasi yang dibutuhkan manajer untuk membuat keputusan.”


Menurut Simon (1960), pengambilan keputusan berlangsun melalui 4 (empat) tahap; yaitu:


b.1 Intelligence

adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan.


b.2 Design

adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah, dengan mengkaji berbagai macam alternative pemecahan masalah.


b.3 Choice

adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternative yang ada dan memilih yang terbaik.


b.4 Implementation


adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannnya.



c. Monitoring, evaluasi dan penilaian


Dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang akurat dan konferhensif, akan memudahkan menejer atau pihak lain/stakeholders melakukan monitoring setiap waktu (on line) atau secara real time. Monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan sebagai usaha untuk menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara memantau hasil/prestasi yang dicapai dan jika terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka segera diadakan perbaikan, sehingga semua hasil/prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan rencana. Monitoring dan evaluasi dilakukan pada semua bidang garapan MSIP. Sedangkan penilaian dilakukan terhadap laporan kegiatan dibandingkan dengan program kerja yang telah dibuat pada awal kegiatan, apakah semuanya terrealisasi (100%) atau masih ada yang belum dilaksanakan


d. Mengontrol Kualitas (pengendalian kualitas)


Jika suatu lembaga pendidikan ingin mencapai kualitas yang tinggi, tidak cukup hanya memeriksa output (hasil akhir) saja. Sebaliknya pengendalian mutu harus disatukan ke dalam setiap langkah dari setiap proses kegiatan yang diawali dari input. Dengan SIM yang baik, monitoring dan evaluasi berjalan sebagaimana mestinya, serta penilaian yang tepat dan hasilnya sesuai harapan, otomatis kualitas akan terkendali. Orang-orang yang melakukan pemeriksaan kualitas disebut pemeriksa pengendalian kualitas (quality control inspectors).


e. Meningkatkan daya kompetisi


Penerapan MSIP pada setiap lembaga pendidikan/sekolah/perguruan tinggi meningkatkan daya kompetitif antar lembaga pendidikan/sekolah/perguruan tinggi. Masyarakat sebagai pelanggan menghendaki putra-putrinya mendapatkan sekolah yang memiliki banyak fasilitas, khususnya Teknologi Informasi dan komputerisasi.

Semakin canggih dan lengkap Sistem Informasi-nya maka peluang untuk memenangkan persaingan semakin tinggi. Kecanggihan dan kelengkapan sistem informasi tersebut harus ter-integrasi pada setiap bidang garapan MSIP.


f. Pengembangan kelembagaan


Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat memberikan peningkatan pelayanan kepada stekholders, misalnya penyajian informasi tentang kemajuan belajar siswa secara cepat dan akurat; antara lain prestasi belajar yang tinggi, kompetensi guru yang relevan, pendidikan life skill berjalan dengan baik, Semakin cepat informasi sampai kepada stekholders, maka dukungan baik berupa moril maupun materil dan financial dalam bentuk kemitraan akan mengalir. Dengan demikian pengembangan kelembagaan baik fisik bangunan, sarana prasarana maupun pengembangan kompetensi dan karier akan terlaksana.


g. Mengefektifkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya


Untuk mengefektifkan sumber daya manusia, tiap perusahaan memiliki suatu sistem untuk mengumpulkan dan memelihara data yang menjelaskan sumber daya manusia, mengubah data tersebut menjadi informasi, dan melaporkan informasi itu kepada pemakai. Sistem ini dinamakan sistem informasi sumber daya manusia (human resource information system), atau HRIS. Istilah sistem manajemen sumber daya manusia (Human resource management system), atau HRMS semakin populer tetapi istilah HRIS masih digunakan secara luas.

Sistem untuk sumber daya lainnya, antara lain; DSS (pengambilan keputusan), MKIS (pemasaran), SIA (Akuntansi), dll


h. Menyederhanakan birokrasi


Konsep Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang baik, akan mampu membuat link antar database yang sangat kompleks dan rumit, sistem meng-integrasi data. Pengguna hanya dengan sekali input, akan menghasilkan banyak output yang berkaitan. Oleh karena itu dengan SIM akan mengurangi banyak pekerjaan yang biasa dilakukan secara manual. Sehingga akan memperkecil lingkaran birokrasi dan tentunya akan meng-efisienkan dan meng-efektifkan waktu, biaya dan tenaga. Hasilnya akan lebih cepat, tepat dan akurat. Bahkan pelanggan (siswa) dapat mengakses informasi dan registrasi sendiri dengan sistem yang berjalan secara on-line.


i. Meningkatkan efisiensi internal lembaga


Dengan SIM yang berjalan secara otomasi (on-line), birokrasi yang sederhana akan mengurangi biaya rutin dalam jangka panjang. Jadi selain selain sistem berjalan secara efektif dan produktivitas meningkat, biaya operasionalpun akan lebih efesien.


j. Membuat perencanaan


Apabila Sistim Informasi pada setiap bidang garapan berjalan dengan baik, maka manajer akan menerima laporan yang cepat, tepat dan akurat. Dengan didukung oleh data yang baik (cepat, tepat dan akurat), maka manajer akan dapat membuat perencanaan (perencanaan strategi maupun perencanaan pengembangan) dengan baik pula. Perencanaan yang baik akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, sehingga akan mendapatkan keuntungan bagi lembaga.


k. Umpan balik


Pengelolaan layanan yang baik kepada stakeholders, yang didukung oleh sistem yang baik (mudah dan murah tapi cepat dan akurat) akan menghasilkan feed back berupa interest yang tinggi dari pelanggan. Umpan balik dapat berupa tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga menjadi pelanggan setia dan turun temurun dan bahkan menjadi media propaganda yang cuma-cuma dari mulut ke mulut. Selain itu kepercayaan akan datang dari pengguna lulusan sekolah (perusahaan), baik berupa bantuan kepada sekolah maupun beasiswa bagi siswa.


6. Berikan penjelasan perbedaan manajemen sistem informasi pendidikan konvensional dengan basis komputer (modern), dalam konteks planning, actuating, directing, innovating, organizing, staffing, controlling, representing, coordinating


Jawab:

Manajemen Sistem Informasi Pendidikan (MSIP) secara Konvensional memproses datanya secara manual dengan mesin keydriven serta mesin kartu berlubang, data dikelola satu persatu.

MSIP secara Modern dikenal dengan Computer Based Information System (CBIS) adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang dikehendaki sehingga mampu melaksanakan komputerisasi numerik, bervolume besar, dengan kecepatan tinggi, seperti :

  1. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses
  2. Melakukan pengaksesan informasi yang sangat banyak diseluruh dunia dengan cepat dan murah
  3. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi pekerjaan
  4. Menyajikan informasi dengan jelas dan menggunakan pikiran
  5. Mengotomatiskan proses-proses pekerjaan, mempercepat pengetikan dan penyuntingan
  6. Melaksanakan hal-hal tersebut di atas jauh lebih mudah bila dibandingkan secara manual.

Dengan demikian fungsi-fungsi manajemen pada lembaga pendidikan dapat berjalan dengan lancar, cepat, normal, akuntabel, akurat, memenuhi standar dan relatif murah.


SIM dapat membantu manajer mendeteksi adanya masalah dan dapat membantu memecahkan masalah hingga membuat suatu keputusan berkaitan dengan fungsi-fungsi manajer: planning (Perencanaan), Actuating (realisasi kerja), Directing (Pengarahan), Innovating (Peningkatan Perbaikan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Manajemen Kepegawaian, menyangkut deskripsi jabatan/keahlian,fungsi, wewenang dan tanggung jawab), Controlling (Pengendalian), Representing (Keterwakilan dengan tugas pimpinan antara lain, menghadiri/memimpin rapat, melakukan perjalanan, melakukan kontrak/hubungan dengan pihak lain), Coordinating (Koordinasi/hubungan).


7. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat pelaksanaan Sistem Informasi dalam dunia pendidikan di Indonesia? Buat dalam bentuk table faktor penghambat dan sekaligus solusi yang mungkin dilakukan.


Jawab:

N0

Faktor penghambat

Solusi

1

Sumber daya manusia (SDM)/ Tenaga Terampil

DIKLAT. Workshop, Seminar, dll.

2

Dana/biaya (Financial)

Bantuan dari pemerintah, Sumbangan dari Orang Tua Siswa melalui Komite Sekolah, Kemitraan dengan pengusaha setempat.



3


Sarana dan Prasarana


Root sharing, Hibah blockgrant



4.


Infrastruktur / jaringan telekomunikasi, Listrik



Kebijakan pemerintah, dan kemitraan dengan Dinas terkait



5.


Kurikulum


Kebijakan pemerintah, dan otonomi sekolah.


Artikel

| 0 komentar |

“TEACHER SELF EVALUATION (TSE)”

TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

Pendahuluan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) telah memberi kesempatan dan inspirasi bagi peningkatan mutu pendidikan. Segala bentuk inovasi dan gagasan dalam mewujudkan mutu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari dukungan dan perhatian dari seluruh stakeholders sekolah. Demikian pula dengan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) bersama Manajemen Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN.1) Jatiwangi yang telah berupaya terus menerus meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan.

Faktor utama dalam peningkatan mutu sekolah yang paling berpengaruh adalah mutu pembelajaran. Oleh karena itu salah satu perspektif peningkatan mutu sekolah yang perlu mendapat perhatian di sekolah ini adalah mutu sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan.

Gagasan dalam upaya peningkatan kompetensi guru yang diwujudkan dalam program sekolah yang di motori oleh LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) yang bertajuk “Teacher Self Evaluation” kegiatan ini bertujuan untuk menggali pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan keterampilan dari guru diimbangi dengan peningkatan kesadaran diri, cara berpikir, komunikasi, dan kerja sama dalam membangun mutu sekolah.

Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan, kompetensi adalah merupakan sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi yang harus dikembangkan. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi bahwa perkembangan pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari para pengelola dan pelaksananya. Guru sebagai ujung tombak penyelenggara pendidikan merupakan komponen utama yang harus memiliki sejumlah kompetensi handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup secara general maupun specific (general life skills dan specific life skills). Kompetensi guru harus berkembang lebih maju dibandingkan dengan konsep-konsep pendidikan itu sendiri. Apalah artinya konsep, program, atau pendekatan yang digunakan dalam pendidikan apabila kompetensi guru tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal itu akan mengakibatkan konsep dan program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan yang optimal, bahkan hanya cenderung menumpang lewat bagitu saja, padahal pemerintah dan para pakar pendidikan telah merancangnya sedemikian rupa dalam rangka peningkatan mutu. Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Hal ini dirasakan juga dilingkungan SMPN.1 Jatiwangi. Sekolah ini memiliki sejumlah prestasi akademik dan non-akademik yang telah dicapai. Namun dari sisi kompetensi yang dimiliki guru di sekolah ini masih harus ditingkatkan seiring dengan perkembangan konsep inovasi yang terus menerus bergulir. Dalam konteks manajemen berbasis sekolah (MBS) yang menekankan kemandirian, otonomi, fleksibilitas, dan partisipasi masyarakat maka manajemen SMPN.1 Jatiwangi mencari solusi bagi peningkatan kemampuan profesionalisme guru-gurunya.

Persaingan yang semakin ketat serta tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas sekolah ini menjadi daya pendorong untuk terus menerus meningkatkan kompetensi guru. Upaya mencapai visi dan misi yang mengamanatkan kualitas peserta didik di samping identifikasi tantangan nyata yang dihadapi sekolah dalam mencapai mutu yang diharapkan menjadi referensi pentingnya meningkatkan kompetensi guru di SMPN.1 Jatiwangi. Oleh karena itu perlu diupayakan cara untuk meningkatkan kompetensi professional guru melalui kegiatan yang inovatif, kreatif, menyenangkan, dan memiliki manfaat yang tinggi.

Melalui kerja sama dengan LPMP bersama dengan manajemen sekolah maka berlangsunglah kegiatan Teacher Self Evaluation” yang diharapkan menjadi sebuah terobosan bagi peningkatan kompetensi guru di SMP Negeri 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pendidikan yang terjadi pada masa kini dan masa lalu adalah pendidikan yang verbalistik dan mementingkan penguasaan mata pelajaran. Hal ini yang harus dihindari agar tidak terjadi dalam system pendidikan di SMP Negeri 1 Jatiwangi. Beberapa penyebab timbulnya hal tersebut diantaranya:

1) Orientasi sekolah dalam mencapai ketuntasan materi bahan ajar;

2) Kurangnya kemampuan dan keterampilan guru dalam cara mengajar, sehingga terjebak pada kecenderungan menyelesaikan materi bahan ajar;

3) Paradigma lama pembelajaran yang berorientasi pada penyampaian materi oleh guru (teacher centered);

4) Kurangnya kesempatan dan waktu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyampaikan pembelajaran.

Kajian Teoritis

Pendidikan masa kini dan yang akan datang adalah pendidikan yang berorientasi pada ecakapan hidup (life skill education) yang mencakup generic life skill (GLS) dan specific life skill (SLS). Tentunya antara dua kondisi itu terdapat hal yang harus mendapat penekanan yaitu kompetensi guru yang harus ditingkatkan dalam menghadapi inovasi pendidikan yang terus menerus ergulir. Pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari menunjukan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penugasan itu dicapai oleh siswa. Seolah-olah siswa hanya dituntut menguasai mata pelajaran. Siswa tidak mengerti bagaimana ia menggunakan pengetahuan itu untuk memecahkan problema kehidupan. Siswa harus mengerti bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari. Sampai saatnya dia lulus, siswa itu tidak mengetahui manfaaat apa yang ia pelajari dari pembalajaran di sekolah.

Kesenjangan tersebut menimbulkan implikasi yang sangat penting bagi guru. Bagaimana seharusnya ia mengajar dan juga mendidik? Kompetensi apa saja yang diperlukan oleh seorang guru untuk menghindari timbulnya permasalahan di atas. Dengan demikian permasalahan pokok yang dihadapi adalah : “ Apa yang harus ditingkatkan dari kompetensi guru SMPN.1 Jatiwangi ?” untuk menjawab permasalahan ini perhatikan pola gambar 1 di atas.

Workshop: “Teacher Self Evaluation” sebagai sebuah strategi peningkatan mutu pembelajaran yang menyertai MBS

Sebagai sebuah sekolah yang sudah dikenal luas oleh masyarakat karena berbagai prestasi yang telah diraihnya, baik dari jalur akademik maupun non akademik, SMPN.1 Jatiwangi harus berupaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang telah diamanatkan baik dalam UUD 1945 maupun UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 dan PP 19 tahun 2005 tentand Standar Nasional Pendidikan.

Supaya peningkatan kompetensi guru maka sekolah menciptakan bentuk kegiatan yang mendukung peningkatan kinerja guru.

Program peningkatan kompetensi guru termasuk ke dalam perspektif pengorganisasian dan sumber daya manusia. Keterkaitan konsep ini terhadap kegiatan yang akan diupayakan di SMPN.1 Jatiwangi dalam upaya pengembangan staf dalam hal ini guru di samping itu keterkaitan perspektif lainnya sangat tampak dan saling mendukung. Keterkaitan lima perspektif tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Pengembangan Mutu Sekolah

Berdasarkan Lima Perspektif Keseimbangan




Dari kelima perspektif yang digambarkan di atas yang menjadi sorotan adalah peningkatan kompetensi guru yang diwujudkan dalam kegiatan workshop: “Teacher Self Evaluation” dalam bentuk kegiatan yang berupa:

1. Pelatihan

2. Diskusi

3. Workshop

4. Merancang Model Pembelajaran

Kecakapan yang Harus Dimiliki Siswa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengenai Standar Kompetensi Lulusan pada Bab V Pasal 26 ayat 1:

“Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

Sejalan dengan hal tersebut, maka konsep pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup menyatakan bahwa kecakapan yang diharapkan dari anak didik dalam general dan specific life skill terdiri dari kecakapan kesadaran diri, kecakapan berpikir, kecakapan komunikasi, kecakapan kerja sama, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional (Dikmenum, 2005) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kesadaran diri. Dalam diri siswa harus ditumbuhkan kecakapan kesadaran diri yang merupakan penghayatan diri sebagai hamba Allah, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Berpikir. Siswa harus memiliki kompetensi dalam menumbuhkan kecakapan berpikir yang berupa kecakapan menggunakan pikiran/rasio secara optimal. Kecakapan berpikir yang harus ditumbuhkan antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan secara cerdas (information processing and decision making skill), serta kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill).

Komunikasi. Siswa harus memiliki kompetensi menumbuhkan kecakapan komunikasi. Kecakapan komunikasi dalam lisan dan tulisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan, kecakapan mendenarkan dengan empati, juga menyampaikan gagasan dengan empati.

Bekerja sama. Kecakapan ini sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerja sama dengan orang lain.

Akademik. Siswa harus memiliki kecakapan akademik yang seringkali disebut juga kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah yang merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir yang sudah dikemukakan di atas. Kecakapan akademik sudah lebih mengarah pada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang ditangani memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah.

Kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional seringkali disebut dengan kecakapan kejujuran, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.

Kompetensi Guru

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab VI mengenai Standar Pendidik Pasal 28 Ayat (1):

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Sedangkan mengenai Kompetensi Guru yang diharapkan dinyatakan pada Pasal 28 Ayat (3): “ Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

1) Kompetensi pedagogic;

2) Kompetensi kepribadian;

3) Kompetensi professional;

4) Kompetensi social.”

Dengan demikian guru memiliki tantangan untuk menumbuhkan kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi problema kehidupan dengan sejumlah kompetensi yang harus ia miliki.

Upaya yang dilakukan

Untuk menghadapi tantangan seperti itu maka manajemen SMPN.1 Jatiwangi bersama LPMP, menggagas kegiatan dalam bentuk workshop meliputi; pelatihan (penyampaian materi), diskusi kelompok masing-masing guru mata pelajaran (MGMP), dan kegiatan lain yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan, dan keterampilan guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa agar terjadi peningkatan mutu hasil pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam Workshop “Teacher Self Evaluation” tersebut diarahkan kepada peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru sesuai dengan tuntutan kecakapan yang harus dimiliki siswa. Dengan kegiatan ini diharapkan guru dapat terus menerus belajar dan meningkatkan kualitas profesionalismenya.

Pelaksanaan Kegiatan

Workshop: Teacher Self Evaluation menjadi alternatif solusi dari pemecahan masalah yang dikemukakan di depan yaitu: “Apa yang harus ditingkatkan dari kompetensi guru di SMP Negeri 1 Jatiwangi?” dengan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

  1. Kegiatan workshop: Teacher Self Evaluation dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jatiwangi
  2. Indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan dari program kegiatan ini, pihak LPMP akan mengevaluasi pada akhir kegiatan.
  3. Dari hasil evaluasi mandiri tersebut, LPMP akan mengirimkan data berupa penilaian dari seluruh peserta workshop berupa keterangan yang disebut sebagai : guru professional, guru kurang professional dan guru tidak professional.

Keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran diharapkan nampak pada guru ditunjukkan oleh antara lain indikator sebagai berikut:

1. Terjadinya perubahan sikap dalam menghadapi inovasi pendidikan yang ditunjukkan dengan aktif mendukung program-program sekolah.

2. terwujudnya kesadaran diri, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill), komunikasi, kerja sama, akademik, dan vokasional dari guru-guru dan juga siswa dilihat dari prestasi akademik, dan non-akademik, siswa yang meningkat.

3. terwujudnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menciptakan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran, yang berorientasi pada aktualisasi potensi siswa dengan memperhatikan kecerdasan majemuknya (multiple intelegence).

4. Terwujudnya kemampuan dan keterampilan guru dalam penguasaan materi dan metode dalam pembelajaran.

5. Dapat melakukan evaluasi diri untuk mendapatkan predikat guru yang professional.

Kesimpulan

Dalam mengembangkan pengelolaan sekolah yang mengutamakan mutu sebagai output sekolah, sistem manajemen harus diupayakan dilaksanakan secara sinergi, terarah dan komprehensif. Aspek kinerja guru dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah juga seluruh stakeholders sekolah menjadi sasaran utama keberhasilan manajemen.

Untuk meningkatkan mutu manajemen di sekolah, tahapan manajemen strategik dalam konteks manajemen mutu total harus menjadi landasannya. Tentunya manajemen berbasis sekolah (MBS) akan memayungi seluruh konsep manajemen yang dilaksanakan. Kesiapan guru dan seluruh staf administrasi menjadi factor pendukung utama bagi keberhasilan tujuan kegiatan ini.

Dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru, maka SMP Negeri 1 Jatiwangi dimotori oleh LPMP mengadakan workshop: Teacher Self Evaluation / TSE) sebagai media pengembangan profesionalisme guru, berlatih, berpikir, berdiskusi, dan membuka wawasan.

Saran

Kegiatan workshop semacam ini, hendaknya dapat dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan, dukungan dari berbagai pihak seperti komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka atau instansi terkait seprti BPG atau P4TK sangat diharapkan. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut pada penyelenggaraan yang akan datang, maka perlu adanya perencanaan program secara matang, dalam hal ini termasuk kesungguhan dan tanggung jawab dari para peserta dan juga anggaran yang mendukung serta memadai.

Harapan kami adalah bahwa guru-guru di SMP Negeri 1 Jatiwangi khusunya, dan umumnya di Kabupaten Majalengka serta seluruh guru yang ada di Nusantara benar-benar menjadi guru yang professional.


Daftar Pustaka

Dirjen Dikdasmen, 2002, Konsep Dasar MPMBS, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2005, Kecakapan Hidup (Life Skill),

Jakarta.

Sanusi, A, 2004. Kartu Kendall Kegiatan Berimbang menyertai MBS dan KBK,

Bandung, Uninus.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005. (2005). Standar Nasional

Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika.

_______, 2004. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

LEER MÁS...